^_^ Mardha sii ghadizz O'on like zhangad Dolphin (Madolh) ^_^
bunga

Sabtu, 25 Februari 2012
Jumat, 24 Februari 2012
Rabu, 22 Februari 2012
Di tingkat 2 kuliah, gw memutuskan untuk masuk ke unit baru. namanya UKSS ITB singkatan dari Unit Kesenian Sulawesi Selatan. Agak banyak juga yang bertanya-tanya kenapa gw ambil divisi ini padahal gw berasal dari Riau, bukan dari Sulawesi Selatan. Sebenarnya, gw mempunyai darah keturunan bugis (suku mayoritas di Sulawesi Selatan) dari Papa dan kakek . Tapi sialnya, gw gak ngerti apa-apa mengenai suku bugis ini. Gw gak ngerti bahasanya, gak ngerti kebudayaannya, yang gw tau cuma makanannya.. :D . Nah, oleh karena itu, supaya gw mengetahui mengenai bugis, gw masuk ke unit ini.
palubutung
Kebetulan tahun ini UKSS mengadakan acara besar. nama acaranya "EWAKO". nah, sebelum diselenggarakannya acara itu, UKSS mengadakan beberapa acara kecil untuk menarik minat pengunjung ke acara ewako. salah satu acaranya yaitu
mie titi
"wisata kuliner". di wisata kuliner ini disajikan beberapa makanan khas sulawesi selatan yang TOP punya. Seperti coto makassar, pisang ijo, pisang epe, pallubutung, mit titi, es mamink, sup konro, dll.
Nah, setelah melakukan berbagai persiapan, acara wisata kuliner pun dimulai.
pisang ijo
Alhamdulillah antusias pengunjung besar banget. terlihat banyak sekali pengunjung yang antri di beberapa stand makanan. bahkan dalam selang beberapa jam setelah acara dimulai,banyak makanan yang langsung habis, bahkan ada yang dire-stock dan habis lagi dalam waktu beberapa menit saja.
mie goreng merah
Bener-bener diluar ekspektasi kami sebagai panitia. acara yang seharusnya ditutup jam 5 sore, harus kami hentikan kira2 di jam 3 karena stock makanan bener2 habis.
sup konro
memang banyak sekali terlihat pengunjung yang kecewa karena mereka tidak kebagian makanan, bahkan bukan pengunjung saja yang kecewa, panitia juga banyak yang kecewa karena tidak bisa menyuguhkan hidangan untuk teman2 jurusan mereka.
coto makassar
ya.. biar itu menjadi pelajaran dan bahan evaluasi untuk kami agar kedepannya bisa membuat acara yang lebih baik
palubutung
Kebetulan tahun ini UKSS mengadakan acara besar. nama acaranya "EWAKO". nah, sebelum diselenggarakannya acara itu, UKSS mengadakan beberapa acara kecil untuk menarik minat pengunjung ke acara ewako. salah satu acaranya yaitu
mie titi
"wisata kuliner". di wisata kuliner ini disajikan beberapa makanan khas sulawesi selatan yang TOP punya. Seperti coto makassar, pisang ijo, pisang epe, pallubutung, mit titi, es mamink, sup konro, dll.
Nah, setelah melakukan berbagai persiapan, acara wisata kuliner pun dimulai.
pisang ijo
Alhamdulillah antusias pengunjung besar banget. terlihat banyak sekali pengunjung yang antri di beberapa stand makanan. bahkan dalam selang beberapa jam setelah acara dimulai,banyak makanan yang langsung habis, bahkan ada yang dire-stock dan habis lagi dalam waktu beberapa menit saja.
mie goreng merah
Bener-bener diluar ekspektasi kami sebagai panitia. acara yang seharusnya ditutup jam 5 sore, harus kami hentikan kira2 di jam 3 karena stock makanan bener2 habis.
sup konro
memang banyak sekali terlihat pengunjung yang kecewa karena mereka tidak kebagian makanan, bahkan bukan pengunjung saja yang kecewa, panitia juga banyak yang kecewa karena tidak bisa menyuguhkan hidangan untuk teman2 jurusan mereka.
coto makassar
ya.. biar itu menjadi pelajaran dan bahan evaluasi untuk kami agar kedepannya bisa membuat acara yang lebih baik
SEJARAH SULAWESI SELATAN
Yang saya dapati sejarah Sulawesi Selatan, cukup menarik dikaji. Sulawesi Selatan dalah daerah termaju di Indonesia Timur.
Sebelumnya, saya mengenal Sulawesi Selatan hanya dari buku atau hanya dari cerita kawan-kawan saya ketika kecil. Suatu kali Indonesia Boekoe, tempat saya pernah bekerja memberi tugas pada saya untuk menulis salah satu tokoh wanita dari Sulawesi Selatan, We Tenriolle. Tokoh ini sangat asing sekali dalam sejarah Indonesia. Kisah dan perjuangan wanita ini cukup menarik juga.
Ternyata, Sulewesi Selatan juga memiliki tokoh-tokoh lain yang cukup dikenal dalam sejarah Indonesia sejak dulu. Sangat penting kiranya jika masyarakat Sulawesi Selatan menuliskan sejarahnya, juga tokoh-tokohnya. Keberadaan jurusan Sejarah di Universitas Hasanudin, juga jurusan Pendidikan Sejarah di Universitas Negeri Makassar, harusnya bisa melahirkan Sejarawan yang fokus menkaji sejarah Sulawesi Selatan. Sehingga penulisan sejarah yang ada sekarag jadi semakin maju.
Bukan Sekedar Sejarah Kekerasan
Sejarah Sulawesi selatan cukup disoroti dalam sejarah Indonesia. Sayangnya, dalam Sejarah Nasional Indonesia yang disusun Nugroho Notosusanto, kebanyakan hanya berupa kekerasan saja. Dimana ditemukan tentang perang Sultan Hasanudin melawan VOC. Juga memposisikan Arung Palaka pengkhianat karena bersekutu dengan VOC melawan Sultan Hasanudin. Lalu ada cerita heroik Walter Monginsidi dan selanjutnya ada pemberontakan Kahar Muzakar yang dituduh antek DI/TII, padahal pemberontakan terjadi karena pemerintah tidak bisa bertrima-kasih kepada bekas pejuang kemerdekaan yang kemudian ikut berontak dengan Kahar Muzakar.
Sayangnya, Sejarah intelektulitas masyarakat Sulawesi Selatan tidak diangkat. Padahal orang-orang Sulawesi Selatan punya cendikiawan sekelas Karaeng Patinggalong, Syech Yusuf dan lain-lainnya. Bicara soal hukum dan lautan, orang Bugis-Makassar memiliki Amanna Gappa. Sejarah Nasional Indonesia, yang enam jilid dan belum lama cetak ulang itu, kebanyakan berbicara Jawa jauh lebih banyak daripada yang lainnya.
Pergerakan nasional, sebagai titik penting Sejarah Nasional Indonesia, dianggap banyak sejarawan sebagai masa berakhirnya perlawanan fisik rakyat Indonesia yang menentang Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Dengan kata lain, masa pergerakan, sesudah 1908, adalah waktunya berjuang dengan otak dan otot tidak lagi dipakai. Berarti beberapa tokoh yang melakukan perlawanan seperti Kiai Hasan di Cimereme dan tokoh lain ditempat yang lain tidak lebih daripada perusuh saja. Mereka tentu tidak akan menjadi pahlawan nasional karena dianggap perusuh.
Perjuangan tanpa kekerasan, atau yang dianggap perjuangan gaya modern, yang pakai otak, sebenarnya dimulai sebelum 1908. Sebelum meninggalnya ditahun 1904, Kartini sudah berusaha mencerdaskan kaum putri.
Sejarah Sulawesi Selatan sendiri, tidaklah hanya diisi dengan sejarah kekerasan yang memakan nyawa saja. Tradisi intelektual sebenarnya sudah dimulai juga menjelang abad XX. Dimana beberapa orang tua dari kalangan berada memasukan anak-anaknya ke sekolah modern, dan jauh sebelumnya lagi mengirim anaknya ke pesantren.
Meski orang tua terkesan opurtunis, dengan anaknya belajar di sekolah modern, maka si anak akan mengerti perkembangan dunia dan juga bisa mengenali musuh-musuhnya. Jangan heran jika keluarga bangsawan Jawa, juga Bugis, mengirim anakanya ke sekolah modern.
Meski di Makassar pada zaman kolonial, hanya ada sekolah menengah. Yakni hanya sekelas Meer Uitgebrid Lager Onderwijs (MULO; setara SMP) saja, tidak ada Algemene Midelsbare School (AMS; setara SMA) maupun Hogare Burger School (HBS; sekolah menengah 5 tahun yang lulusannya setara lulusan SMA). Jika ingin sekolah lebih tinggi maka pemuda sulawesi selatan harus pergi ke pulau Jawa-dimana akses pendidikannya paling maju di zaman kolonial.
Tradisi sekolah di Sulawesi Selatan, sebenarnya tidak hanya dilakukan pemerintah kolonial pada kalangan terbatas. Banyak juga tokoh pribumi yang membuka sekolah. We Tenriolle adalah salah satunya di Sulawesi Selatan. Raja wanita dari Tanette ini pernah mendirikan sebuah sekolah. Dimana sebagian muridnya adalah wanita. Dengan sekolah ini, modernisasi di Sulawesi Selatan bisa berjalan meski palan. Karena terbatasnya akses sekolah.
Sebenarnya, sejak dulu, dari apa yang saya baca tentang Sulawesi Selatan, Sulawesi Selatan memiliki produk intelektual yang hebat. Mulai dari Sureq La Galigo sampai etika kelautan Amanna Gappa. Tradisi menulis juga dilakukan dalam lontara’ dengan huruf Bugis yang bentuknya berbeda dengan huruf Jawa.
Bicara soal La Galigo, untuk sementara saya menilai, cerita ini asli dan tidak mengadaptasi dari cerita lain dari luar. Berbeda dengan beberapa karya Jawa seperti Arjunawiwaha yang lebih banyak dipengaruhi oleh cerita Ramayana maupun Baratayudha. Menurut saya La Galigo jelas asli Sulawesi Selatan. Tentunya orang Sulawesi Selatan harus bangga pada La Galigo.
Dari budaya pemkiran yang ada tadi, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa Sulawesi Selatan punya kebudayaan intelektual. Sayangnya, banyak pemberitaan di media mengidentikan daerah ini dengan kekerasan saja. Begitu juga dalam sejarah Indonesia, dimana sejarah Sulawesi Selatan lebih banyak hanya menonjolkan perang dan kekerasan tanpa mengangkat sejarah intelektualnya. Tidak mengangkat sastra dan produk hukum lautnya.
Yang Termaginalisasi
Kota Makassar sudah menjadi pusat politik sejak lama. Ketika Revolusi Indonesia terjadi, Makassar juga masih menjadi kota penting. Makassar juga menjadi pusat sebuah Negara Boneka buatan Van Mook, selaku kolonialis sejati yang berusaha menegakan kembali Hindia Belanda di tanah yang sudah menyatakan diri Indonesia.
Negara Indonesia Timur buatan van Mook itu dicap oleh sejarah Indonesia sebagai kelompok pendukung politik kembalinya kolonialisme di nusantara. Dengan kata lain, orang-orang NIT banyak dicap sebagai antek-antek Belanda.
Dengan politik Devide et Impera gaya barunya Van Mook tampak ingin memecah belah Indonesia. Dengan BFO yang kemudian berdiri dan diketuai oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, semua Negara buatan Van Mook bersatu. Sebagai pihak ketiga, selain Kerajaan Belanda dan Republik Indonesia, dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda. Dan setelah tentara Belanda ditarik, maka kaum federalis yang dulu pernah dalam BFO dan lain sebagainya adalah pihak yang paling disalahkan dalam sejarah.
Ada tidaknya BFO dan Negara-negara bagian buatan Van Mook itu, tetap saja Indonesia merdeka dan akan memperoleh wilayah nusantara sebagai wilayah kekuasaan, seperti wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena situasi dunia pasca Perang Dunia II, nyatanya lebih mendukung Indonesia ketimbang Belanda. Negara-negara boneka itu juga didirikan pasca perundingan yang mempersempit wilayah RI.
Negara-negara bagian itu sempat bersatu dengan RI dalam kerangka Republik Indonesia Serikat (RIS). Namun Negara federal itu tidak bertahan lama ditahun 1950. beberapa kerusuhan seperti Peristiwa Westerling di Bandung dan Jakarta, dan juga Peristiwa Andi Aziz di Makassar, maka antipati terhadap Negara federal pun tumbuh dan RIS kemudian bubar. Negara federal lalu disalhakan dan siapapun yang mendukungnya berarti menolak Negara kesatuan dan harus berhadapan dengan TNI. Sistem federal lalu disamakan dengan disintegrasi dan pengkhianatan.
Dalam sejarah Indonesia, Peristiwa Andi Azis dianggap sebagai contoh sejarah atas buruknya sistem federal. Dimana kaum federalis itu dianggap menolak Republik Indonesia di Makassar, meski sebanarnya mereka cukup mengakui pemerintahan RI di Makassar, namun kebijakan RI atas NIT terkesan tidak menghargai bekas kaum federalis. Kota Makassar adalah saksi dikambinghitamkannya sistem federal. Karenanya pasca reformasi 1998, otonomi daerah menjadi jembatan anatara sistem federal dengan Negara kesatuan.
Masalah federalisme pun bisa teratasi namun pengkambinghitaman terhadap kaum pendukung federalisme di Indonesia terus berlangsung. Tidak banyak yang menyadari, bahwa kaum federalis disamakan dengan menolak NKRI dan dianggap pengkhianat.
Kaum federalis bukan satu-satunya yang termarginalisasi. Tokoh penting Sulawesi Selatan yang temarginalisasi dlam sejarah adalah Arung Palaka. Dirinya dianggap berkhianat kepada Indonesia, entah Indonesia yang mana? Ini karena persekutuannya dengan VOC melawan Sultan Hasanudian, Raja Gowa yang dizamannya telah menjajah Bone-tanah kelahiran Arung Palaka.
Sejarah Nasional umumnya sulit berkata jujur, dan hanya mengambil sisi praktis semata untuk pemerintah yang hanya ingin kestabilan dan menghindari keadilan sejarah. Dan soal gelar pahlawan yang diberikat Negara pada seorang tokoh, juga predikat pengkhianat pada yang tidak sejalan jelas adalah hal yang sangat politis. Meski Negara bisa stabil oleh politisasi sejarahnya yang tidak jujur dan tidak adil, namun kebohongan akan tercium dan akan bisa merusak citra Negara tersebut, khususnya di kalangan intelektualnya.
Penulisan Sejarah Sulawesi Selatan
Tidak ada yang mengalahkan kebenaran sejarah nasional yang disusun pemerintah. Apalagi untuk Negara macam Indonesia. Wacana buku Sejarah Nasional Indonesia, dijadikan sesuatu yang dibenarkan. Tentunya wacana-wacana itu dimasukan dalam pelajaran sejarah sekolah dari SD hingga SMA.
Jika wacana sejarah ala pemerintah tadi memuat ketidak-adilan sejarah, maka penulisan sejarah alternatif harus dilakukan. Sangat penting menulis sejarah dari sudut pandang berbeda, jika ada sebuah wacana yang secara politis memelintir sebuah fakta sejarah dan berpihak pada sebuah golongan khususnya golongan penguasa. Karenanya penulisan sejarah haruslah beragam dari sudut pandang yang berbeda, yang tentunya berusaha berpihak pada kemanusiaan saja.
Penulisan sejarah ini tentu saja tidak bermaksud membuat masyarakat bingung untuk mengikuti yang mana. Sebenarnya, justru masyarakatlah yang seharusnya menjadi juri yang menilai kebenaran sejarahnya. Selama ini, pemerintah yang begitu dominan dalam menentukan mana wacana sejarah yang dibenarkan dan harus dianut oleh masyarakat. Hingga pembodohan sejarah pun menjadi penyakit akut masyarakat Indonesia. Penting sekali untuk menjadikan masyarakat Indonesia sebagai juri pengadilan sejarah Indonesia yang berhak menilai kebenaran sejarah. Sementara itu tugas sejarawan, yang selama ini dianggap sebagai sumber kebenaran, sebenarnya hanyalah menafsirkan fakta-fakta sejarah yang ada. Sejarawan tidak berhak menjadi orang yang merasa diri dan karyanya paling benar.
Soal penulisan sejarah Sulawesi Selatan, saya melihat ada dua macam penulis. Pertama penulis atau peneliti asing. Mereka bisa berlatarbelakang Sejarah maupun ilmu-ilmu social lain. Jumlah saya pikir cukup banyak. Sebut saja Leonard Andaya, Christian Pelras dan lainnya. Tentunya mereka-mereka ini bukan berdarah Sulawesi Selatan, malainkan dari luar Sulawesi Selatan. Mereka adalah peneliti yang cukup mumpuni di bidangnya masaing-masing dan telah memiliki karya ilmiah penting tentang Sulawesi Selatan.
Kedua, penulis asli Sulawesi Selatan. Mereka tentunya berdarah Sulawesi Selatan, bahkan masih berdomisili di Sulawesi Selatan. Mereka bisa berasal dari etnis Bugis maupun Makassar biasanya. Diantaranya adalah Haji Daeng Mangemba, Ahmad Ubbe dan lain-lain. Sebagian dari mereka adalah akademis yang berpengalaman dalam penelitian. Sebagian lagi, meski bisa jadi tidak memiliki pendidikan tinggi formal, namun mereka adalah orang yang mengerti dan peduli pada sejarah lokal Sulawesi Selatan. Mereka memiliki ikatan emosi yang cukup kuat dengan daerahnya.
Dari beberapa buku tentang Sulawesi Selatan yang saya baca, tulisan-tulisan tentang Sulawesi Selatan sudah cukup banyak. Baik yang ditulis oleh peneliti asing maupun pemerhati lokal yang berdarah asli Sulawesi Selatan. Meski saya lihat cukup banyak ditengah payahnya tradisi menulis di Indonesia, namun beberapa pihak menyatakan kurang. Sebuah hal yang wajar. Tradisi menulis sejarah di Indonesia, yang saya lihat paling menonjol adalah deerah Jawa secara umum, lalu disusul Sumatra Barat dan Sulawesi Selatan. Di Sumatra Barat, penulisan sejarah kota lebih menonjol. Sementara itu di Sulawesi Selatan adalah sejarah tokoh.
Penulisan sejarah tentang Sulawesi Selatan juga cukup terbantu dengan adanya buku biografi maupun autobiografi tokoh yang berasal Sulawesi Selatan seperti Jenderal M. Yusuf, Bahar Mattalioe, Arung Palaka (yang ditulis Leonard Andaya), dan tokoh-tokoh lain. Keberadaan biografi maupun autobiografi tokoh Sulawesi Selatan yang ada itu tentu sangat membantu penelitian maupun penulisan sejarah di masa mendatang.
Sementara itu beberapa penulis asli Sulawesi Selatan, meski tulisannya terkesan sebuah penelitian ringan, yang tentunya bukan berupa tesis maupun disertasi, tetap saja karya-karya tersebut penting dalam memperkaya khasanah penulisan dan tentunya pengetahuan tentang daerah Sulawesi Selatan apapun judulnya.
Semua penulisan sejarah tadi sangat penting dalam mendokumentasikan pentingnya Sulawesi Selatan dalam sejarah. Khususnya bagi Indonesia bagian timur. Apalagi sejarah kejayaan etnis-etnis di Sulawesi Selatan yang memiliki karya besar dan pengaruh politiik yang cukup besar juga di nusantara.
Peradilan Rakyat
Cerpen Putu WijayaSeorang pengacara muda yang cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum.
"Tapi aku datang tidak sebagai putramu," kata pengacara muda itu, "aku datang ke mari sebagai seorang pengacara muda yang ingin menegakkan keadilan di negeri yang sedang kacau ini."
Pengacara tua yang bercambang dan jenggot memutih itu, tidak terkejut. Ia menatap putranya dari kursi rodanya, lalu menjawab dengan suara yang tenang dan agung.
"Apa yang ingin kamu tentang, anak muda?"
Pengacara muda tertegun. "Ayahanda bertanya kepadaku?"
"Ya, kepada kamu, bukan sebagai putraku, tetapi kamu sebagai ujung
tombak pencarian keadilan di negeri yang sedang dicabik-cabik korupsi ini."
Pengacara muda itu tersenyum.
"Baik, kalau begitu, Anda mengerti maksudku."
"Tentu saja. Aku juga pernah muda seperti kamu. Dan aku juga berani, kalau perlu kurang ajar. Aku pisahkan antara urusan keluarga dan kepentingan pribadi dengan perjuangan penegakan keadilan. Tidak seperti para pengacara sekarang yang kebanyakan berdagang. Bahkan tidak seperti para elit dan cendekiawan yang cemerlang ketika masih di luar kekuasaan, namun menjadi lebih buas dan keji ketika memperoleh kesempatan untuk menginjak-injak keadilan dan kebenaran yang dulu diberhalakannya. Kamu pasti tidak terlalu jauh dari keadaanku waktu masih muda. Kamu sudah membaca riwayat hidupku yang belum lama ini ditulis di sebuah kampus di luar negeri bukan? Mereka menyebutku Singa Lapar. Aku memang tidak pernah berhenti memburu pencuri-pencuri keadilan yang bersarang di lembaga-lembaga tinggi dan gedung-gedung bertingkat. Merekalah yang sudah membuat kejahatan menjadi budaya di negeri ini. Kamu bisa banyak belajar dari buku itu."
Pengacara muda itu tersenyum. Ia mengangkat dagunya, mencoba memandang pejuang keadilan yang kini seperti macan ompong itu, meskipun sisa-sisa keperkasaannya masih terasa.
"Aku tidak datang untuk menentang atau memuji Anda. Anda dengan seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk dibicarakan. Meskipun bukan bebas dari kritik. Aku punya sederetan koreksi terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah Anda lakukan. Dan aku terlalu kecil untuk menentang bahkan juga terlalu tak pantas untuk memujimu. Anda sudah tidak memerlukan cercaan atau pujian lagi. Karena kau bukan hanya penegak keadilan yang bersih, kau yang selalu berhasil dan sempurna, tetapi kau juga adalah keadilan itu sendiri."
Pengacara tua itu meringis.
"Aku suka kau menyebut dirimu aku dan memanggilku kau. Berarti kita bisa bicara sungguh-sungguh sebagai profesional, Pemburu Keadilan."
"Itu semua juga tidak lepas dari hasil gemblenganmu yang tidak kenal ampun!"
Pengacara tua itu tertawa.
"Kau sudah mulai lagi dengan puji-pujianmu!" potong pengacara tua.
Pengacara muda terkejut. Ia tersadar pada kekeliruannya lalu minta maaf.
"Tidak apa. Jangan surut. Katakan saja apa yang hendak kamu katakan," sambung pengacara tua menenangkan, sembari mengangkat tangan, menikmati juga pujian itu, "jangan membatasi dirimu sendiri. Jangan membunuh diri dengan diskripsi-diskripsi yang akan menjebak kamu ke dalam doktrin-doktrin beku, mengalir sajalah sewajarnya bagaikan mata air, bagai suara alam, karena kamu sangat diperlukan oleh bangsamu ini."
Pengacara muda diam beberapa lama untuk merumuskan diri. Lalu ia meneruskan ucapannya dengan lebih tenang.
"Aku datang kemari ingin mendengar suaramu. Aku mau berdialog."
"Baik. Mulailah. Berbicaralah sebebas-bebasnya."
"Terima kasih. Begini. Belum lama ini negara menugaskan aku untuk membela seorang penjahat besar, yang sepantasnya mendapat hukuman mati. Pihak keluarga pun datang dengan gembira ke rumahku untuk mengungkapkan kebahagiannya, bahwa pada akhirnya negara cukup adil, karena memberikan seorang pembela kelas satu untuk mereka. Tetapi aku tolak mentah-mentah. Kenapa? Karena aku yakin, negara tidak benar-benar menugaskan aku untuk membelanya. Negara hanya ingin mempertunjukkan sebuah teater spektakuler, bahwa di negeri yang sangat tercela hukumnya ini, sudah ada kebangkitan baru. Penjahat yang paling kejam, sudah diberikan seorang pembela yang perkasa seperti Mike Tyson, itu bukan istilahku, aku pinjam dari apa yang diobral para pengamat keadilan di koran untuk semua sepak-terjangku, sebab aku selalu berhasil memenangkan semua perkara yang aku tangani.
Aku ingin berkata tidak kepada negara, karena pencarian keadilan tak boleh menjadi sebuah teater, tetapi mutlak hanya pencarian keadilan yang kalau perlu dingin danbeku. Tapi negara terus juga mendesak dengan berbagai cara supaya tugas itu aku terima. Di situ aku mulai berpikir. Tak mungkin semua itu tanpa alasan. Lalu aku melakukan investigasi yang mendalam dan kutemukan faktanya. Walhasil, kesimpulanku, negara sudah memainkan sandiwara. Negara ingin menunjukkan kepada rakyat dan dunia, bahwa kejahatan dibela oleh siapa pun, tetap kejahatan. Bila negara tetap dapat menjebloskan bangsat itu sampai ke titik terakhirnya hukuman tembak mati, walaupun sudah dibela oleh tim pembela seperti aku, maka negara akan mendapatkan kemenangan ganda, karena kemenangan itu pastilah kemenangan yang telak dan bersih, karena aku yang menjadi jaminannya. Negara hendak menjadikan aku sebagai pecundang. Dan itulah yang aku tentang.
Negara harusnya percaya bahwa menegakkan keadilan tidak bisa lain harus dengan keadilan yang bersih, sebagaimana yang sudah Anda lakukan selama ini."
Pengacara muda itu berhenti sebentar untuk memberikan waktu pengacara senior itu menyimak. Kemudian ia melanjutkan.
"Tapi aku datang kemari bukan untuk minta pertimbanganmu, apakah keputusanku untuk menolak itu tepat atau tidak. Aku datang kemari karena setelah negara menerima baik penolakanku, bajingan itu sendiri datang ke tempat kediamanku dan meminta dengan hormat supaya aku bersedia untuk membelanya."
"Lalu kamu terima?" potong pengacara tua itu tiba-tiba.
Pengacara muda itu terkejut. Ia menatap pengacara tua itu dengan heran.
"Bagaimana Anda tahu?"
Pengacara tua mengelus jenggotnya dan mengangkat matanya melihat ke tempat yang jauh. Sebentar saja, tapi seakan ia sudah mengarungi jarak ribuan kilometer. Sambil menghela napas kemudian ia berkata: "Sebab aku kenal siapa kamu."
Pengacara muda sekarang menarik napas panjang.
"Ya aku menerimanya, sebab aku seorang profesional. Sebagai seorang pengacara aku tidak bisa menolak siapa pun orangnya yang meminta agar aku melaksanakan kewajibanku sebagai pembela. Sebagai pembela, aku mengabdi kepada mereka yang membutuhkan keahlianku untuk membantu pengadilan menjalankan proses peradilan sehingga tercapai keputusan yang seadil-adilnya."
Pengacara tua mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.
"Jadi itu yang ingin kamu tanyakan?"
"Antara lain."
"Kalau begitu kau sudah mendapatkan jawabanku."
Pengacara muda tertegun. Ia menatap, mencoba mengetahui apa yang ada di dalam lubuk hati orang tua itu.
"Jadi langkahku sudah benar?"
Orang tua itu kembali mengelus janggutnya.
"Jangan dulu mempersoalkan kebenaran. Tapi kau telah menunjukkan dirimu sebagai profesional. Kau tolak tawaran negara, sebab di balik tawaran itu tidak hanya ada usaha pengejaran pada kebenaran dan penegakan keadilan sebagaimana yang kau kejar dalam profesimu sebagai ahli hukum, tetapi di situ sudah ada tujuan-tujuan politik. Namun, tawaran yang sama dari seorang penjahat, malah kau terima baik, tak peduli orang itu orang yang pantas ditembak mati, karena sebagai profesional kau tak bisa menolak mereka yang minta tolong agar kamu membelanya dari praktik-praktik pengadilan yang kotor untuk menemukan keadilan yang paling tepat. Asal semua itu dilakukannya tanpa ancaman dan tanpa sogokan uang! Kau tidak membelanya karena ketakutan, bukan?"
"Tidak! Sama sekali tidak!"
"Bukan juga karena uang?!"
"Bukan!"
"Lalu karena apa?"
Pengacara muda itu tersenyum.
"Karena aku akan membelanya."
"Supaya dia menang?"
"Tidak ada kemenangan di dalam pemburuan keadilan. Yang ada hanya usaha untuk mendekati apa yang lebih benar. Sebab kebenaran sejati, kebenaran yang paling benar mungkin hanya mimpi kita yang tak akan pernah tercapai. Kalah-menang bukan masalah lagi. Upaya untuk mengejar itu yang paling penting. Demi memuliakan proses itulah, aku menerimanya sebagai klienku."
Pengacara tua termenung.
"Apa jawabanku salah?"
Orang tua itu menggeleng.
"Seperti yang kamu katakan tadi, salah atau benar juga tidak menjadi persoalan. Hanya ada kemungkinan kalau kamu membelanya, kamu akan berhasil keluar sebagai pemenang."
"Jangan meremehkan jaksa-jaksa yang diangkat oleh negara. Aku dengar sebuah tim yang sangat tangguh akan diturunkan."
"Tapi kamu akan menang."
"Perkaranya saja belum mulai, bagaimana bisa tahu aku akan menang."
"Sudah bertahun-tahun aku hidup sebagai pengacara. Keputusan sudah bisa dibaca walaupun sidang belum mulai. Bukan karena materi perkara itu, tetapi karena soal-soal sampingan. Kamu terlalu besar untuk kalah saat ini."
Pengacara muda itu tertawa kecil.
"Itu pujian atau peringatan?"
"Pujian."
"Asal Anda jujur saja."
"Aku jujur."
"Betul?"
"Betul!"
Pengacara muda itu tersenyum dan manggut-manggut. Yang tua memicingkan matanya dan mulai menembak lagi.
"Tapi kamu menerima membela penjahat itu, bukan karena takut, bukan?"
"Bukan! Kenapa mesti takut?!"
"Mereka tidak mengancam kamu?"
"Mengacam bagaimana?"
"Jumlah uang yang terlalu besar, pada akhirnya juga adalah sebuah ancaman. Dia tidak memberikan angka-angka?"
"Tidak."
Pengacara tua itu terkejut.
"Sama sekali tak dibicarakan berapa mereka akan membayarmu?"
"Tidak."
"Wah! Itu tidak profesional!"
Pengacara muda itu tertawa.
"Aku tak pernah mencari uang dari kesusahan orang!"
"Tapi bagaimana kalau dia sampai menang?"
Pengacara muda itu terdiam.
"Bagaimana kalau dia sampai menang?"
"Negara akan mendapat pelajaran penting. Jangan main-main dengan kejahatan!"
"Jadi kamu akan memenangkan perkara itu?"
Pengacara muda itu tak menjawab.
"Berarti ya!"
"Ya. Aku akan memenangkannya dan aku akan menang!"
Orang tua itu terkejut. Ia merebahkan tubuhnya bersandar. Kedua tangannya mengurut dada. Ketika yang muda hendak bicara lagi, ia mengangkat tangannya.
"Tak usah kamu ulangi lagi, bahwa kamu melakukan itu bukan karena takut, bukan karena kamu disogok."
"Betul. Ia minta tolong, tanpa ancaman dan tanpa sogokan. Aku tidak takut."
"Dan kamu menerima tanpa harapan akan mendapatkan balas jasa atau perlindungan balik kelak kalau kamu perlukan, juga bukan karena kamu ingin memburu publikasi dan bintang-bintang penghargaan dari organisasi kemanusiaan di mancanegara yang benci negaramu, bukan?"
"Betul."
"Kalau begitu, pulanglah anak muda. Tak perlu kamu bimbang.
Keputusanmu sudah tepat. Menegakkan hukum selalu dirongrong oleh berbagai tuduhan, seakan-akan kamu sudah memiliki pamrih di luar dari pengejaran keadilan dan kebenaran. Tetapi semua rongrongan itu hanya akan menambah pujian untukmu kelak, kalau kamu mampu terus mendengarkan suara hati nuranimu sebagai penegak hukum yang profesional."
Pengacara muda itu ingin menjawab, tetapi pengacara tua tidak memberikan kesempatan.
"Aku kira tak ada yang perlu dibahas lagi. Sudah jelas. Lebih baik kamu pulang sekarang. Biarkan aku bertemu dengan putraku, sebab aku sudah sangat rindu kepada dia."
Pengacara muda itu jadi amat terharu. Ia berdiri hendak memeluk ayahnya. Tetapi orang tua itu mengangkat tangan dan memperingatkan dengan suara yang serak. Nampaknya sudah lelah dan kesakitan.
"Pulanglah sekarang. Laksanakan tugasmu sebagai seorang profesional."
"Tapi..."
Pengacara tua itu menutupkan matanya, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Sekretarisnya yang jelita, kemudian menyelimuti tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh kepada pengacara muda.
"Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu banyak beristirahat. Selamat malam."
Entah karena luluh oleh senyum di bibir wanita yang memiliki mata yang sangat indah itu, pengacara muda itu tak mampu lagi menolak. Ia memandang sekali lagi orang tua itu dengan segala hormat dan cintanya. Lalu ia mendekatkan mulutnya ke telinga wanita itu, agar suaranya jangan sampai membangunkan orang tua itu dan berbisik.
"Katakan kepada ayahanda, bahwa bukti-bukti yang sempat dikumpulkan oleh negara terlalu sedikit dan lemah. Peradilan ini terlalu tergesa-gesa. Aku akan memenangkan perkara ini dan itu berarti akan membebaskan bajingan yang ditakuti dan dikutuk oleh seluruh rakyat di negeri ini untuk terbang lepas kembali seperti burung di udara. Dan semoga itu akan membuat negeri kita ini menjadi lebih dewasa secepatnya. Kalau tidak, kita akan menjadi bangsa yang lalai."
Apa yang dibisikkan pengacara muda itu kemudian menjadi kenyataan. Dengan gemilang dan mudah ia mempecundangi negara di pengadilan dan memerdekaan kembali raja penjahat itu. Bangsat itu tertawa terkekeh-kekeh. Ia merayakan kemenangannya dengan pesta kembang api semalam suntuk, lalu meloncat ke mancanegara, tak mungkin dijamah lagi. Rakyat pun marah. Mereka terbakar dan mengalir bagai lava panas ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa. Gedung pengadilan diserbu dan dibakar. Hakimnya diburu-buru. Pengacara muda itu diculik, disiksa dan akhirnya baru dikembalikan sesudah jadi mayat. Tetapi itu pun belum cukup. Rakyat terus mengaum dan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah.
Pengacara tua itu terpagut di kursi rodanya. Sementara sekretaris jelitanya membacakan berita-berita keganasan yang merebak di seluruh wilayah negara dengan suaranya yang empuk, air mata menetes di pipi pengacara besar itu.
"Setelah kau datang sebagai seorang pengacara muda yang gemilang dan meminta aku berbicara sebagai profesional, anakku," rintihnya dengan amat sedih, "Aku terus membuka pintu dan mengharapkan kau datang lagi kepadaku sebagai seorang putra. Bukankah sudah aku ingatkan, aku rindu kepada putraku. Lupakah kamu bahwa kamu bukan saja seorang profesional, tetapi juga seorang putra dari ayahmu. Tak inginkah kau mendengar apa kata seorang ayah kepada putranya, kalau berhadapan dengan sebuah perkara, di mana seorang penjahat besar yang terbebaskan akan menyulut peradilan rakyat seperti bencana yang melanda negeri kita sekarang ini?" ***
KUMPULAN PANTUN
Pernahkan anda menerima atau mengirim pantun lucu atau sms pantun…?
Pernahkan anda menerima atau mengirim pantun lucu atau sms pantun…?
Wah kalo pernah, sharing di sini dunkkk….sapa tau aja bisa di copy paste nehhh.. 

===========================
Tingkap papan kayu bersegi,
Sampan sakat di Pulau Angsa;
Indah tampan kerana budi,
Tinggi bangsa kerana bahasa.
===========================
Buah berangan masaknya merah,
Kelekati dalam perahu;
Luka di tangan nampak berdarah,
Luka di hati siapa yang tahu.
=============================
Dari mana punai melayang,
Dari paya turun ke padi;
Dari mana datangnya sayang,
Dari mata turun ke hati.
============================
Pucuk pauh delima batu,
Anak sembilang di tapak tangan;
Tuan jauh di negeri satu,
Hilang di mata di hati jangan.
==================================
Kalau tuan jalan ke hulu,
Carikan saya bunga kemboja;
Kalau tuan mati dahulu,
Nantikan saya di pintu syurga.
=========================
Halia ini tanam-tanaman,
Ke barat juga akan condongnya;
Dunia ini pinjam-pinjaman,
Akhirat juga akan sungguhnya.
==========================
Malam ini merendang jagung,
Malam esok merendang serai;
Malam ini kita berkampung,
Malam esok kita bercerai.
========================
jalan-jalan ke kota paris
banyak rumah berbaris-baris
biar mati diujung keris
asal dapat dinda yang manis…
ke cimanggis membeli kopiah
kopiah indah kan kau dapati
begitu banyak gadis yang singgah
hanya dinda yang memikat hati
jika aku seorang pemburu
anak rusa kan kudapati
jika dinda merasa cemburu
tanda cinta masih sejati
darimana datangnya sawah
dari sawah turun ke kali
darimana datangnya cinta
dari mata turun ke hati
============================
**Bau-bau jembatan tujuh,,
tempat memungut sebuah lolah,,
kalau adinda udah setujuh,,
tunggulah saya tamat sekolah,,
**Pisang nangka buat kolak
Jambu biji diblendrin
Kalo nona tetep galak,
Lebaran depan ga dimaapin
**menaiki kereta merknya honda
pergi selayang kerumah hanapi
bila cinta mekar di dada
siang terkenang malam termimpi
**anak unta siapa yg punya
menangis iba kehilangan ibu
bila cinta sudah menyapa
rindu mulai membara dikalbu
**mulanya duka kini menjadi lara
teman tiada hanyalah sendu
bila rindu mulai membara
itulah tanda cinta berpadu
**hati berdetik dalam cahaya,
seperti belati menikam dada
Cinta abadi kekal selamanya
Musim berganti tapi wajah takkan lupa
**cinta datang tak berwaktu
perasaan senang,sedih dan pilu tak menentu
semua hadir tanpa permisi
untuk mencoba mengisi hati
**hati-hati minum digelas
kalau terlepas pecahlah nanti
cinta hati selalunya ikhlas
cinta buta yang makan hati
**cinta tak memandang bulu
cinta juga tak mengenal waktu
rasakan cinta dihatimu
betapa indah mengikis kalbu
**bila terluka berkata begitu
hingga terlupa cinta yang suci
cinta manusia memanglah begitu
cinta padaNYA cinta yang sejati
**terluka hati karna kata udah biasa
namun terluka karna usia sungguh asa
bila kata dianggap tak bermakna
tapi usia adalah segalanya
**Untuk menjadi seorang perwira
Harus bertapa di dalam gua
Kalau cinta kukuh di jiwa
Biar melayang kembali jua
**papua tanah impian jiwa
kubermimpi melayang terbang kesana
teman sehati selalu bersua
karena tak bisa terpisahkan begitu saja
**panah cinta tlah menancap…
kedua hati pun menyatu…
asmara semakin mendekap…
cinta takkan berlalu…
**anak ayam turun ke kali
bermain air riang gembira
betapa senangnya bisa ngejunk lagi
memburu kata mengejar tawa
**minum arak pahit rasanya…
tidak cocok untuk anak kuliah…
apalah daya sudah usaha…
belum apa-apa sudah binasah…
**sunggulah indah si burung pipit
terbang yang tenang si burung dara
bila ku tahu bercinta sakit
takkan ku mulai dari semula
**orang palembang menanam padi
negeri malaka negeri seberang
putus cinta jangan bersedih
dunia ini masih panjang
**burung kakatua
hinggap dijendela
siapa yang jatuh cinta
pasti cemburu buta
**Burung kakak tua udah tak berdaya
Burung adik muda terbang ke angkasa
Makasi kakek telah berjuang bela negara
Sekarang adek bahagia di hari MERDEKA
**kucing kurus mandi dipapan
papan nya sikayu jati
aku kurus bukan karena kurang makan
tetapi mikirin sijantung hati
**disana gunung disini gunung
ditengah tengah gunung berapi
kesana bingung kesini bingung
itulah namanya jatuh hati
Langganan:
Postingan (Atom)